![]() |
Semar (unduh: google) |
Mulai dari diri kita, melihat keluarga kita, kemudian tetangga, dan kelompok masyarakat lingkungan wilayah kita, satu desa ataupun kota, apa yang terpikir? Saat ini terasa atau tanpa terasa perlahan akan ada suatu perubahan- perubahan, pola, atau biasa-biasa saja.
Yang pasti kita terlibat dalam hal itu. Juga kita saling membutuhkan satu sama lainnya dalam suatu lingkup bermasyarakat, bersosialisasi pada tetangga-tetangga di lingkungan kita.Lalu dimana perubahan itu?
Pada dasarnya jelas tiap individu senantiasa ada perubahan, kebiasaan, pola pikir dan rasa. Faktor penyebabnya bisa berasal dari keluarganya, orang lain, lingkungan pekerjaannya, dan lain sebagainya. Terlebih sekarang ini unsur kemajuan teknologi informasi yang sangat mudah diperoleh, dilihat dan dimiliki, jelas sangat mempengaruhi individu sesorang. Populasi dari penduduk dalam suatu daerah sangat dratis, pembangunan bertambah, kebutuhan akan sandang dengan pangan meningkat. Lintasan waktu kerja sangat padat, dan lokasi, area kerja, menentukan prosentase dari pendapatan, produktifitas dan biaya transportasi. Ini sangat jelas mempengaruhi tindak tanduk, pola asah, pola pikir, dan kepribadian seseorang dalam menentukan sikap, pandangan, orientasi yang akhirnya pada masyarakat.
Pandangan yang impressif dalam bersosialisasi pada masyarakat tertuang dalam kebijakan yang instan. Lebih pada kemudahan-kemudahan dalam pelaksanaan adat kebiasaan masyarakat. Kebudayaan yang terbangun dari pola-pola ini terus tertumpah, terserap berkelanjutan, terus menerus,yang pada akhirnya lunturnya nilai-nilai historis yang ada.
Perilaku suatu masyarakat dewasa ini cenderung menurun akan aktual nilai-nilai kebudayaan yang menjunjung tinggi nilai ketuhanan, kemanusiaan, kerukunan, keadilan, dan kemusyawaratan. Pendiktean pada kelompok-kelompok tertentu semakin semarak, dan terus mewabah. Dokrin-dokrin pemahaman timbul dalam sesorang, menjagkitkan pada keluarga, tetangga, dan seterusnya. Timbul bentuk-bentuk kebudayaan baru yang dinaungi oleh sekelompok orang-orang tertentu saja. Tanpa mempedulikan kebudayaan yang ada, yang dianggap atau dinilai tidak relefan pada sekarang ini, atau sedikit banyak menggeser laku dan tata cara yang telah ada, sehingga perubahan ini menjadi pemicu penurunan khaedah-khaedah terluhur, nilai kerukunan, dan nilai-nilai pemahaman yang bias. Penurunan rasa kepedulian akan adat kebiasaan yang menjadi kebudayaan masyarakat bersama kian terasa.
Dengan waktu dan ruang yang tersita, perbedaan pandangan yang kerap terjadi, kita berharap untuk lebih mengedepankan rasa kebersamaan, nilai-nilai kebudayaan masyarakat yang berketuhanan, kerukunan, keadilan, serta kemusyawaratan.
oleh: sungadi\
Komentar
Posting Komentar