2. Manusia dan Kesusasteraan

Semar ilustrasi (by google)
“Dari upaya penciptaan karya seni, yang berasal dari jiwa individu atau pun bersama yang kuat, penuh rasa cinta, karsa dan rasa, untuk menggungkapkan identitas suatu keberadaan masyarakat yang bermoral dan bermartabat. Beberapa karya itu dapat berupa seni tari, teater, suara, dan beberapa karya benda dan tulisan, sebagai betuk perwujudan dari emosi dan etika sosialisasi masyarakat”.

Sekarang ini, nilai-nilai dan betuk-bentuk perwujudan dari sebuah karya sudah berbaur dengan unsur-unsur lain atau mengkompilasikan dengan budaya luar. Ada juga lahir dari diri sendiri, kelompok, dan organisasi, yang menghasilkan karya kontemporer, kolaborasi-kolaborasi dengan beberapa unsur, dan sebagianya.
Biasanya dimemensi ini cenderung mewabah sampai beberapa pelosok Indonesia, menggandrungi dan akhirnya sedikit banyak mempengaruhi nilai kebudayaan dan karya seni yang ada. Kalau bicara dengan karakter dari karya ini jelas tidak ada. Karya seni dan karya-karya lainnya pada sekarang ini bukan merupakan indikator sebagai nilai dan bentuk seni budaya atau hasil kebudayaan. Karakter yang ditimbulnya sangat lemah dan semu. Untuk nilai-nilai dari suatu kebudayaan yang timbul saat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor, seperti faktor sejarah, tokoh, lingkungan, dan jenis dari karya itu sendiri. Nilai kandungan dari unsur seni budaya sangat mendasar dan berkrakter.


Kesusasteraan


Perwujudan dari suatu bentuk karya nyata yang tertuang dalam media berupa tulisan, drama, prosa, puisi, dan tulisan cerpen/cerber lainnya. Kreatifitas dari individu yang berawal dari hati yang terbuka akan ekspresi, ada juga dari emosional hubungan sosial tertentu untuk mengungkapkan dalam karya-karya tersebut. Dahulu kesusasteraan bernilai rasa nasionalisme yang kuat dan bernuansa perjuangan. Nilai-nilai yang terkandungnya menyelaraskan lapisan masyarakat yang bersatu dalam kedaulatan dan kepribadian bangsa. Pelakonan tokoh yang diungkapkan dan peran yang dimainkan, atau juga kiasan yang dituliskan cukup sederhana namun kuat dalam lingkup sejarah, geografi dan kondisi politik saat itu. Lain dulu lain sekarang, ada berpendapat jaman dulu tidak ada persaingan dalam bidang itu, banyak objek yang digali dan luasnya begitu luas, dalam artian kondisi saat itu mempunyai arti dan sejarah pada saat sekarang. Dewasa ini kombinasi dalam beberapa kesusasteraan banyak yang tertuang dalam bentuk keselarasan emosional yang subyektif. Bentuk-bentuk karyanya lebih memfokuskan pada nilai sosial masyarakat sesaat. Karya-karya sastra jaman sekarang begitu banyak namun semu.

Pengenalan akan kesusasteraan bagi masyarakat kita dewasa ini sangat memprihatinkan dan kurang pemahaman makna dari penyampaiannya. Kurang minatnya dari masyarakat dikarenakan adanya budaya-budaya dari luar yang masuk ke negara, kemudian ke masyarakat, kemudian kerumah-rumah kita, akhirnya ke diri kita sendiri. Kebudayaan dari luar kita mudah didapat, dinikmati dan lebih terorganisasi, namun jelas tidak mencerminkan adat istiadat dan karakter bangsa kita sendiri. Situasi ini terus menerus menghiasi hidup kita sehari-hari. Kita larut dalam kemudahan-kemudahan akan semua itu, baik dari lisan dan dari media-media informasi lainnya. Kita berharap dari pemerintah dan masyarakat bahu membahu melestarikan unsur-unsur kebudayaan akan nilai kesusasteraan yang lebih terkendali. Kemudahan akan olah rasa yang kita ciptakan dari unsure kebudayaan kita. Kemudahan dalam penggalian seni sastra yang kuat, kemudahan dalam komoditas untuk menyampaikan/menampilkan pada masyarakat. Berusaha memberikan pengetahuan dan kecerdasan pada semua lapisan masyarakat akan kebudayaan kita, rasa cinta budaya tanah air, bersama menjaga dan melestarikan semua bentuk karya sastra kita, serta berupaya menjaga keselasannya.

Terkahir kita beri apresiasi pada mereka yang masih berkarya seperti, Ahmad Fuadi, Andrea Hirata, Ayu Utami, Dewi Lestari, Habiburrahman El Shirazy, Herlinatiens, Raudal Tanjung Banua, Seno Gumira Ajidarma, dan lain-lainnya.

oleh: sungadi\ 

Komentar