Teori Organisasi Umum 1


Pendahuluan

Pada dasarnya mata kuliah teori organisasi membatasi lingkup pembahasan pada permasalahan organisasi secara makro. Pendekatan makro didasarkan pada asumsi bahwa anggota organisasi mempunyai sifat yang seragam yaitu perilaku rasional. Pendekatan ini secara khusus mencoba menjelaskan organisasi sebagai suatu kesatuan yang beriteraksi dengan lingkungannya, tanpa memperhatikan perilaku para anggota organisasi karena telah diasumsikan mempunyai sifat yang sama, maka materi yang akan dibahas pada mata kuliah teori organisasi ini mencakup bentuk serta karakteristik organisasi, yang terjadi karena organisasi mencoba menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungan maupun terhadap corak kegiatan internalnya, dan juga mempelajari proses interaksi yang terjadi antara aspek-aspek teori organisasi. Namun pembahasan secara khusus yang memusatkan perhatian pada masalah perilaku manusia yang bersifat heterogen juga menjadi kajian sebagai acuan bagi pengembangan teori organisasi.
  1. Arti Organisasi dan Metode Organisasi.
  2. Ciri-ciri, Unsur dan Teori Organisasi.
  3. Macam - macam Organisasi Dari Segi Tujuan.
  4. Bentuk Organisasi.
  5. Struktur atau Skema Organisasi.
  6. Konflik organisasi.
  7. Strategi penyelesaian konflik.
  8. Proses Oraganisasi: (Proses mempengaruhi).
  9. Proses Oraganisasi: (Proses Mengambil Keputusan).
  10. Komunikasi dalam Organisasi.
  11. Perubahan dan perkembangan Organisasi.
  12. Kepemimpinan.

1. Arti Organisasi dan Metode Organisasi
Organisasi (Yunani: ὄργανον, organon - alat) adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan bersama. Dalam ilmu-ilmu sosial, organisasi dipelajari oleh periset dari berbagai bidang ilmu, terutama sosiologi, ekonomi, ilmu politik, psikologi, dan manajemen. Kajian mengenai organisasi sering disebut studi organisasi (organizational studies), perilaku organisasi (organizational behaviour), atau analisa organisasi (organization analysis).
Pada hakekatnya manusia adalah mahluk sosial yang cenderung untuk hidup bermasyarakat serta mengatur dan mengorganisasi kegiatannya dalam mencapai sautu tujuan tetapi karena keterbatasan kemampuan menyebabkan mereka tidak mampu mewujudkan tujuan tanpa adanya kerjasama. Hal tersebut yang mendasari manusia untuk hidup dalam berorganisasi.
Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya, seperti, pendanaan, material, alat, penerapan metode, dan unsur lingkungan, sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
Beberapa definisi tentang Organisasi:
  1. Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama.
  2. James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
  3. Chester I. Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
  4. Stephen P. Robbins menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.

Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti; pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran.
Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup. Akan tetapi sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur.

2. Ciri-ciri, Unsur dan Teori Organisasi.
Perkembangan aktivitas pendidikan mengharuskan adanya teori yang dapat memberikan penjelasan atas masalah masalah yang dihadapi dalam usaha meningkatkan efektifitas dan efesiensi pendidikan. Gejala-gejala yang timbul dan sifatnya sangat kompleks dapat diterangkan dengan menggunakan kerangka teori, sehingga dapat diramalkan akibat-akibat pengambilan keputusan dalam pendidikan.
Calvin S. Hall dan Gardner Lindsey (1970) berpendapat bahwa teori adalah seperangkat konvensi yang diciptakan oleh ahli teori, terdiri dari suatu gugus asumsi yang relevan yang secara sistematik berhubungan satu sama lain. Suatu teori tidak dilihat dari benar salahnya, melainkan dilihat apakah teori itu mempunyai kegunaan dalam meramalkan suatu kejadian atau dapat menghasilkan konsep yang relevan yang dapat diverifikasikan.
Sedangkan menurut Donald J. Willower (1975) dalam Hoy and Miskel dalam bukunya educational administraton; theory, research, and practice mengemukakan bahwa yang dimaksud teori adalah a body of interrelated, consistent generalization that serves to explain, yaitu bahwa teori merupakan tubuh yang saling berinterelasi satu dengan yang lain dengan penjelasan yang tetap konsisten. Dari definisi yang komprehensif dikemukakan oleh Fred N. Kerlinger (1986) bahwa theory is a set of interrelated concepts, assumptions, and generalization that sistem atically describes and explains regularities in behavior in educational organizations. Artinya bahwa teori adalah satu set konsep yang saling berhubungan, asumsi, dan generalisasi yang secara sistematis menguraikan dan menjelaskan keteraturan perilaku pada organisasi bidang pendidikan. Definisi tersebut menyarankan tiga hal (1) teori secara logika meliputi konsep, asumsi dan generalisasi; (2) fungsi teori yang utama adalah untuk menguraikan, menjelaskan, dan memprediksi keteraturan di dalam perilaku; (3) teori adalah keseluruhan yang menstimulasi dan memandu pengembangan pengetahuan berkelanjutan.
kembali
2. 1. Ciri-Ciri Organisasi

Berikut ini adalah ciri- ciri organisasi secara umum :
  • Terdapat sebuah kelompok orang yang dapat dikenal dan saling mengenal.
  • Terdapat kegiatan yang berbeda- beda, tapi saling berkaitan ( interdependent part ) yang merupakan kesatuan kegiatan.
  • Masing- masing orang memberikan kontribusi berupa pemikiran, tenaga, dsb.
  • Terdapat kewenangan, koordinasi dan pengawasan.
  • Terdapat tujuan yang ingin dicapai.
Ciri-ciri Organisasi Modern Organisasi bertambah besar Pengolahan data semakin cepat Penggunaan staf lebih intensif Kecendrungan spesialisasi Adanya prinsip-prinsip atau azas-azas organisasi Unsur-unsur organisasi lebih lengkap
Menurut Berelson dan Steiner(1964:55) sebuah organisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
  • Formalitas, merupakan ciri organisasi sosial yang menunjuk kepada adanya perumusan tertulis daripada peratutan-peraturan, ketetapan-ketetapan, prosedur, kebijaksanaan, tujuan, strategi, dan seterusnya.
  • Hierarkhi, merupakan ciri organisasi yang menunjuk pada adanya suatu pola kekuasaan dan wewenang yang berbentuk piramida, artinya ada orang-orang tertentu yang memiliki kedudukan dan kekuasaan serta wewenang yang lebih tinggi daripada anggota biasa pada organisasi tersebut.
  • Besarnya dan Kompleksnya, dalam hal ini pada umumnya organisasi sosial memiliki banyak anggota sehingga hubungan sosial antar anggota adalah tidak langsung (impersonal), gejala ini biasanya dikenal dengan gejala “birokrasi”.
  • Lamanya (duration), menunjuk pada diri bahwa eksistensi suatu organisasi lebih lama daripada keanggotaan orang-orang dalam organisasi itu.

Ada juga yang menyatakan bahwa organisasi sosial, memiliki beberapa ciri lain yang behubungan dengan keberadaan organisasi itu. diantaranya ádalah:
Rumusan batas-batas operasionalnya (organisasi) jelas. Seperti yang telah dibicarakan diatas, organisasi akan mengutamakan pencapaian tujuan-tujuan berdasarkan keputusan yang telah disepakati bersama. Dalam hal ini, kegiatan operasional sebuah organisasi dibatasi oleh ketetapan yang mengikat berdasarkan kepentingan bersama, sekaligus memenuhi aspirasi anggotanya. Memiliki identitas yang jelas. Organisasi akan cepat diakui oleh masyarakat sekelilingnya apabila memiliki identitas yang jelas. Identitas berkaitan dengan informasi mengenai organisasi, tujuan pembentukan organisasi, maupun tempat organisasi itu berdiri, dan lain sebagainya. Keanggotaan formal, status dan peran. Pada setiap anggotanya memiliki peran serta tugas masing masing sesuai dengan batasan yang telah disepakati bersama.
Jadi, dari beberapa ciri organisasi yang telah dikemukakan kita akan mudah membedakan yang mana dapat dikatakan organisasi dan yang mana tidak dapat dikatakan sebagai sebuah organisasi.
2.2. Unsur-unsur Organisasi.
Unsur-unsur Organisasi Unsur-unsur organisasi :
  • Manusia (Man)
  • Kerjasama
  • Tujuan Bersama
  • Peralatan (Equipment)
  • Lingkungan
  • Kekayaan alam
  • Kerangka/Konstruksi Mental Organisasi
Menuruth Keith Davis ada tiga unsur penting partisipasi :
  1. Unsur pertama, bahwa partisipasi atau keikutsertaan sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, lebih daripada semata-mata atau hanya keterlibatan secara jasmaniah.
  2. Unsur kedua adalah kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada usaha mencapai tujuan kelompok. Ini berarti, bahwa terdapat rasa senang, kesukarelaan untuk membantu kelompok.
  3. Unsur ketiga adalah unsur tanggung jawab. Unsur tersebut merupakan segi yang menonjol dari rasa menjadi anggota. Hal ini diakui sebagai anggota artinya ada rasa “sense of belongingnessz”.
kembali
2.3 Teori Organisasi
Pada dunia akedemika mengharuskan adanya teori yang dapat memberikan penjelasan atas masalah-masalah yang dihadapi dalam usaha meningkatkan efektifitas dan efesiensi dan mutu pendidikan. Gejala-gejala yang timbul dan sifatnya sangat kompleks dapat diterangkan dengan menggunakan kerangka teori, sehingga dapat diramalkan akibat-akibat pengambilan keputusan dalam pendidikan. Calvin S. Hall dan Gardner Lindsey (1970) berpendapat bahwa teori adalah seperangkat konvensi yang diciptakan oleh ahli teori, terdiri dari suatu gugus asumsi yang relevan yang secara sistematik berhubungan satu sama lain. Suatu teori tidak dilihat dari benar salahnya, melainkan dilihat apakah teori itu mempunyai kegunaan dalam meramalkan suatu kejadian atau dapat menghasilkan konsep yang relevan yang dapat diverifikasikan.
Teori organisasi adalah disiplin ilmu yang mempelajari struktur dan desain organisasi. Teori organisasi menunjuk aspek-aspek deskriptif maupun perspektif dari disiplin ilmu tersebut. Teori organisasi menjelaskan bagaimana organisasi sebenarnya distruktur dan menawarkan tentang bagaimana organisasi bisa dikonstruksi guna meningkatkan keefektifan organisasi.
Dari pengertian teori dan organisasi maka dapat dipahami bahwa definisi teori organisasi berfungsi menjelaskan kegiatan dan dinamika kerjasama organisasi dan memberikan tuntunan dalam pengambilan keputusan berdasarkan prediksi akibat pengambilan keputusan tersebut. Menurut Lubis dan Husaini (1987) bahwa teori organisasi adalah sekumpulan ilmu pengetahuan yang membicaraan mekanisme kerjasama dua orang atau lebih secara sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Teori organisasi merupakan sebuah teori untuk mempelajari kerjasama pada setiap individu. Hakekat kelompok dalam individu untuk mencapai tujuan beserta cara-cara yang ditempuh dengan menggunakan teori yang dapat menerangkan tingkah laku, terutama motivasi, individu dalam proses kerjasama.
kembali

3. Macam-Macam Organisasi Dari Segi Tujuan

Terdapat dua alasan yang menyebabkan pembahasan mengenai tujuan organisasi.
Pertama,tujuan merupakan alasan bagi eksistensi organisasi,tujuan dinyatakan sebagai keadaan yang ingin dicapai oleh suatu organisasi. Kedua, tujuan sangat penting bagi proses manajemen yang dijalankan dalam suatu organisasi yang memberikan pengakuan (legitimacy) terhadap perlunya organisasi berdiri, memberikan gambaran mengenai arah pengembangan organisasi, dan bisa digunakan sebagai kriteria untuk mengukur performansi
organisasi, dan juga untuk mengurangi ketidakpastian.
Ada beberapa jenis tujuan dalam organisasi yang memberikan arah bagi pelaksanaan kegiatan maupun pengambilan keputusan, yaitu:
  1. Sasaran lingkungan, yaitu kondisi dimana suatu organisasi-organisasi lain yang terdapat pada lingkungannya;
  2. Sasaran output, yaitu menunjukan bentuk dan banyaknya output yang akan dihasilkan oleh organisasi;
  3. Sasaran sistem, yaitu berhubungan dengan pemeliharaan atau perawatan maintenance organisasi sendiri;
  4. Sasaran produk menggambarkan karakteristik produk atau jasa yang akan diberikan kepada konsumen, sasaran ini menentukan jumlah, mutu, jenis, corak, dan karakteristik lainnya yang menggambarkan karakteristik produk atau jasa yang ditawarkan;
  5. Sasaran bagian (sub unit goal) yaitu menggam barkan sasaran dari suatu bagian atau suatu satuan unit kerja yang merupakan bagian dari unit organisasi.
Sebenarnya ada berbagai macam organisasi, tergantung dari segi memandangnya. Berbagai macam organisasi dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu dari jumlah puncak pimpinan, segi keresmian, segi tujuan, segi luas wilayah, segi sosial, dan segi bentuk. Macam-macam organisasi dari segi tujuan yang hendak dicapai dibedakan menjadi organisasi niaga / ekonomi dan organisasi sosial / organisasi kemasyarakatan. Sedangkan organisasi regional & internasional adalah macam organisasi menurut luas wilayah.
Macam-macam organisasi tersebut meliputi:
A. Organisasi Niaga
Organisasi yang tujuan utamanya untuk mencari keuntungan, terutama dalam bidang bisnis. Macam-macam Organisasi Niaga :
  • Perseroan Terbatas (PT), yaitu perusahaan yang didirikan oleh dua orang atau lebih yang berbadan hukum.
  • Perseroan Komanditer (CV), yaitu salah satu badan usaha yang dilakukan oleh pelaku bisnis usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia.
  • Firma (Fa), yaitu suatu organisasi bisnis dimana ada perjanjian dua orang atau lebih untuk memperoleh keuntungan bersama
  • Koperasi, yaitu badan usaha yang melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.
  • Join Venture, yaitu kerjasama antara dua orang atau lebih dalam bidang bisnis untuk membentuk perusahaan baru.
  • Trust, yaitu penggabungan dua unit usaha menjadi satu dan masing-masing unit usaha kehilangan identitasnya. Beberapa perusahaan yang telah melebur akan melahirkan perusahaan baru yang lebih besar.
  • Kartel, yaitu persekutuan perusahaan-perusahaan dibawah suatu perjanjian untuk mencapai tujuan tertentu.
  • Holding Company, yaitu suatu usaha untuk menggabungkan satu perusahaan dengan perusahaan lain.

B. Organisasi Sosial
Organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum. Berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat untuk ikut andil dalam pembangunan bangsa dan negara menuju arah yang lebih baik lagi dengan tujuan menjadikan bangsa dan negara dalam pembentukan sosialisasi yang baik dan menjadikan masyakarat yang penuh dengan jiwa sosialisasi yang tinggi. Jalur pembentukan Organisasi Kemasyarakatan :
  • Jalur Keagamaan
  • Jalur Profesi
  • Jalur Kepemudaan
  • Jalur Kemahasiswaan
  • Jalur Kepartaian dan Kekaryaan

C. Organisasi Regional dan Internasional
Organisasi Regional : Organisasi yang luas wilayahnya meliputi beberapa negara tertentu saja. Sebagai contoh : ASEAN (Association of Southeast Asian Nations = Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (PERBARA)), dibentuk 8 Agustus 1967, memiliki 10 negara anggota, Timor Leste dan Papua new Guinea hanya sebagai pemantau, dan masih mempertimbangkan akan menjadi anggota).
Organisasi Internasional :Organisasi yang anggota- anggotanya meliputi negara di dunia. Sebagai contoh : UN (United Nations = Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)),didirikan di San Fransisco pada 24 Oktober 1945.
kembali


4. Bentuk-Bentuk Organisasi

Dalam teori organisasi paling tidak ada tiga macam bentuk organisasi yaitu bentuk organisasi jalur, bentuk organisasi lini dan staff (line organization) dan bentuk organisasi fungsional. Bentuk organisasi jalur adalah bentuk yang menunjukan adanya garis komando central dari atasan kepada bawahan. Dimana bawahan harus menyampaikan pertanggungan jawab sesuai garis komando yang ditetapkan. Setiap pimpinan memberi perintah kepada bawahannya masing-masing sesuai dengan jalurnya, atau setiap bawahan harus beranggung jawab langsung kepada atasan yang memberi komando. Pada organisasi bentuk jalur, pucuk pimpinan mempunyai kewenangan melimpahkan sebagian kekuasaannya kepada bawahannya, atau kepada satuan-satuan organisasi yang ada dibawahnya, sehingga pemimpin tidak tidak perlu langsung berhubungan dengan bawahannya. Bawahan terdekat dengan pimpinan diberi kewenangan memberi perintah kepada bawahannya lagi, sehingga terbentuk jaringan komando yang berantai dan membentuk hierarki jaringan birokrasi.
  1. Bentuk organisasi garis (line organization) dan staff adalah bentuk organisasi dimana pucuk pimpinan mempunyai staff sebagai pembantu yang tidak memiliki kewenangan memberi komando. Staf tidak memiliki bawahan, jika staf akan memberi perintah kepada bawahan harus melalui pucuk pimpinannya, atau mengatasnamakannya, atas seizin pucuk pimpinan. Staf artinya tangan kanan, pembantu pimpinan, ia merupakan orang yang dipercayai atasan dalam bidang keahliannya. Staf berfungsi sebagai pembantu pimpinan yang memberi masukan kepada pimpinan sesuai keahliannya. Kalaupun ada hubungan antara staf dan bawahan biasanya bersifat koordinatif dan konsultatif, bukan komando. Pucuk pimpinan bisa langsung memberi komando kepada bawahan tanpa melalui staf, dan bawahan yang diperintah langsung menyampaikan pertanggungan jawab kepada atasannya tanpa melalui staf.
  2. Bentuk organisasi fungsional adalah organisasi yang mendasarkan kepada keahlian. Sebagian wewenang dari pucuk pimpinan dilimpahkan kepada satuan organisasi yang ada dibawahnya sesuai dengan fungsinya sebagai staf, atau pucuk pimpinan mempunyai unit pada organisasi bawahan sebagai pelaksanan yang sesuai dengan bidang kerjanya. Staf mempunyai kewenangan memberi perintah kepada bawahan sebagai pelaksana sesuai dengan fungsi atau keahliannya. Tiap-tiap staf mempunyai pungsi tersendiri yang dipimpin oleh seorang ahli dibidangnya dan pimpinan melimpahkan wewenang kepada staf pelaksana dalam bidang tertentu sesuai keahliannya.
  3. Dimensi strukutral menggambarkan karakteristik internal suatu organisasi dan terdiri dari dimensi-dimensi (a) formalisasi, yaitu menunjukan tingkat penggunaan dokumen tertulis dalam organisasi, yang menggambarkan perilaku serta kegiatan organisasi; (b) spesialisasi, yaitu menunjukan derajat pembagian pekerjaan dalam organisasi; (c) standarisasi, yaitu menggambarkan derajat kesamaan dalam pelaksanaan kerja; (d) sentralisasi, yaitu menunjukan pembagian kekuasaan menurut tingkatan (hierarkhi) dalam organisasi, yang ditunjukan dengan jenis dan jumlah keputusan yang boleh ditetapkan pada setiap tingkatan; (e) otoritas, yaitu menunjukan pola pembagian kekuasaan serta rentang kendali secara umum; (f) kompleksitas, yaitu menunjukan banyaknya kegiatan (subsistem) dalam organisasi; (g) profesionalisme, yaitu menunjukan tingkat pendidikan formal maupun nonformal rata-rata yang dimiliki oleh anggota organisasi; (h) konfigurasi, menunjukan bentuk pembagian anggota organisasi ke dalam bagian-bagian baik secara vertikal maupun horizontal.
kembali

5. Struktur atau Skema Organisasi

Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur Organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan wewenang siapa melapor kepada siapa. Ada empat elemen dalam struktur organisasi yaitu :
  1. Adanya spesialisasi kegiatan kerja
  2. Adanya standardisasi kegiatan kerja
  3. Adanya koordinasi kegiatan kerja
  4. Besaran seluruh organisasi

Contoh Struktur Organisasi Universitas

6. Konflik organisasi

Konflik umumnya diartikan sebagai pertentangan. mendefinisikan konflik sebagai suatu hal yang mucul bila terdapat ketidaksesuaian atau pertentangan. konflik sebagai suatu proses yang timbul karena pihak pertama merasa bahwa pihak lain memberi pengaruh negatif atau akan segera mempengaruhi secara negatif terhadap yang diharapkan oleh pihak pertama. Dengan demikian sesungguhnya konflik dapat muncul di mana saja, kapan saja, dan pada siapa pun selagi ada ketidakcocokan atau pertentangan.

Melihat pada sisi lain, konflik memiliki perbedaan dengan serangan. ada perbedaan di antara keduanya. Serangan baik secara individu maupun kelompok diartikan dengan permusuhan dan iri dengki, sehingga tafsirannya menjadi segala perbuatan kepada lawan agar tersakiti, berada dalam posisi yang lebih buruk, dan tentunya dilakukan tanpa rasa hormat, dengan tujuan memberi keuntungan bagi pelakunya. Sebaliknya konflik adalah pertentangan yang dapat menyebabkan pihak lain berada dalam situasi yang lebih merugikan, namun tidak bertujuan menguntungkan diri pelakunya.
Merujuk pada penjelasan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perbedaan antara konflik dan serangan terletak pada motivasi apa yang melatarbelakangi pertentangan. Tentu saja akan sangat sulit untuk membedakan di antara keduanya. Salah satu cara membedakannya adalah dengan melihat keterlibatan pihak-pihak yang bertentangan, apakah mereka bekerja sesuai dengan sistem atau justru memiliki keinginan untuk merusak sistem.
kembali

7. Strategi penyelesaian konflik
Secara umum strategi dalam pengelolaan konflik yang diajukan oleh Frost dan Wilmot (Usman, 2004: 226-227) terdiri atas empat bagian, yaitu:
  1. Menghindar: cara ini tergolong paling tradisional, yakni menjauhkan diri atau organisasi dari konflik.
  2. Eskalasi: kebalikan dari menghindar, yaitu meningkatkan intensitas pertentangan.
  3. Reduksi: menurunkan intensitas pertentangan.
  4. Pemeliharaan: menjaga keseimbangan agar konflik yang tetap ada namun dalam kadar normal.

Pendapat lain tentang strategi mengatasi konflik diungkapkan oleh Dunnete dalam Usman (2004: 227), yakni sebagai berikut:
  1. Jika kerjasama rendah dan kepuasan diri tinggi, maka gunakan pemaksaan (forcing) atau persaingan (competing).
  2. Jika kerjasama rendah dan kepuasan diri sendiri rendah, maka gunakan penghindaran (avoiding).
  3. Jika kerjasama dan kepuasan diri seimbang (cukup), maka gunakan kompromi.
  4. Jika kerjasama tinggi dan kepuasan diri sendiri tinggi, maka gunakan kolaboratif.
  5. Jika kerjasama tinggi dan kepuasan diri sendiri rendah, maka gunakan penghalusan (smoothing).

Kesemua rumusan strategi yang dipaparkan tersebut sesungguhnya mengandung nilai situasional yang sangat kental. Dengan kata lain tidak ada cara terbaik dalam mengatasi sebuah konflik. Sebagai contoh adalah gagasan Dunnete yang secara eksplisit memperlihatkan kontingensi. Forcing atau pemaksaan menyangkut penggunaan kekerasan, ancaman, dan taktik penekanan yang membuat lawan melakukan seperti yang dikehendaki. Catatan penting terhadap strategi ini adalah bahwa pemaksaan hanya cocok untuk melaksanakan perubahan penting dan mendesak. Kehati-kehatian sangat diperlukan ketika mengggunakan strategi ini karena salah-salah hanya akan menimbulkan bentuk-bentuk perlawanan atau sabotase. Untuk langkah kedua yaitu avoiding, lebih tepat digunakan pada pihak yang tidak tergantung pada pihak lawan serta tidak memiliki kebutuhan lanjut untuk berhubungan dengan lawan tersebut tersebut. Kompromi sendiri merupakan istilah lain untuk tawar menawar. Hal ini hanya akan berhasil apabila kedua belah pihak saling menghargai dan saling percaya. Adapun kolaborasi cocok ditempatkan pada konflik yang kedua belah pihaknya masih saling mempertahankan keuntungan terbesar pada masing-masing kubu. Untuk smoothing, istilah lain yang dipakai ialah conciliation, yaitu tindakan mendamaikan yang ditujukan untuk memperbaiki hubungan dan menghindarkan rasa permusuhan terbuka tanpa memecahkan dasar ketidaksepakatan itu. Cara seperti ini cocok untuk kesepakatan yang sudah tidak relevan lagi dalam hubungan kerjasama. Umumnya konsiliasi berupa upaya mengambil muka (menjilat) dan memberi pengakuan.

Dalam rangka penanganan konflik, kita perlu memahami peran ciri kepribadian yang salah satu diantaranya diwarnai oleh perbedaan budaya. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bilamana terjadi kebuntuan maka diperlukan pihak ketiga. Ada empat peran mendasar pihak ketiga, yakni mediator, arbitrator, konsiliator, dan konsultan. Mediator adalah pihak ketiga netral yang mempermudah pemecahan masalah dengan menggunakan penalaran, persuasi, dan saran alternatif. Adapun arbitrator merupakan pihak ketiga pada suatu perundingan yang memiliki otoritasuntuk memaksakan persetujuan. Konsiliator atau perujuk adalah pihak ketiga yang dipercaya memberikan suatu tautan komunikasi informal antara perunding dengan lawannya. Untuk konsultan ia berperan sebagai pihak ketiga yang tidak berat sebelah, terampil dalam manajemen konflik, dan tentunya berupaya memudahkan pemecahan masalah kreatif lewat komunikasi dan analisis.

Strategi-strategi penanganan konflik sebagaimana telah dijelaskan tentu memiliki aplikasinya masing-masing. Pertanyaan selanjutnya yang cukup menggelitik adalah pada sejauhmana kita dapat membuat konflik menjadi fungsional bagi organisasi. Dengan kata lain harus ada antisipasi dari organisasi dalam rangka menciptakan iklim konflik yang fungsional. Mengacu pada Robbins (1996: 135), beberapa organisasi besar dunia seperti IBM dan Hewlett-Packard menempuh langkah sebagai berikut dalam dalam rangka menciptakan konflik fungsional:
  1. Pimpinan mengakui perbedaan pendapat dan watak-watak yang kuat. Dengan demikian pimpinan tetap menghargai keteguhan orang atas gagasan-gagasannya. Perbedaan pendapat bahkan didorong dengan sistem formal. Apabila perbedaan pendapat sulit menemukan jalan keluar maka sistem tersebut juga menyediakan pihak ketiga untuk dimintai penyuluhan atau penerangan.
  2. Membangun sistem formal yang mewadahi pegawai untuk mengevaluasi dan mengkritik atasan.
  3. Memberi kesempatan kepada setiap pihak yang bertentangan untuk mendapatkan argumentasi yang kuat melalui pendampingan oleh tim-tim yang di bidangnya. Tim-tim tersebut mendampingi untuk memperkuat gagasan masing-masing pihak.
  4. Melakukan pertukaran tugas selama sebulan di tiap tahun, dan setiap pegawai ditugasi menulis laporan dan saran berdasar pengalaman masing-masing.
  5. Memberi imbalan terhadap perbedaan pendapat dan menghukum penghindar konflik.

Dalam mengelola konflik, organisasi sangat perlu menekankan pada hubungan antar kelompok. Beberapa cara yang dapat ditempuh berkaitan dengan hal tersebut adalah melalui penyusunan aturan dan prosedur, hirarki organisasi, perencanaan, satuan tugas, tim, dan departemen pemandu. Langkah-langkah praktis yang dilakukan oleh organisasi perlu dipayungi oleh upaya perundingan. Perundingan merupakan sebuah proses yang diantara kedua pihak atau lebih bertukar barang atau jasa dan berupaya menyepakati nilai tukar barang dan jasa tersebut. Istilah perundingan sering disama artikan dengan strategi tawar menawar. Ada dua pendekatan umum terhadap perundingan yakni:
  1. Tawar menawar distributif: perundingan yang berusaha untuk membagi sejumlah tetap sumber daya, jadi situasinya adalah kalah menang.
  2. Tawar menawar integratif: perundingan yang mengusahakan satu penyelesaian atau lebih yang dapat menciptakan suatu pemecahan menang-menang.
kembali

8. Proses Organisasi: (Proses mempengaruhi)

Lingkungan organisasi secara umum diartikan sebagai sesuatu yang tidak berhingga (infinit) dan mencakup seluruh elemen yang terdapat diluar suatu organisasi. Dalam kenyataannya tidak semua elemen lingkungan yang berpengaruh secara langsung terhadap organisasi. Untuk keperluan analisis, lingkungan diartikan sebagai seluruh elemen yang terdapat diluar batas-batas organisasi, yang mempunyai potensi untuk mempengaruhi sebagian ataupun suatu organisasi secara keseluruhan.
Pengelola organisasi bagi penerimaan tantangan lingkungan dapat berubah-ubah, meliputi pertimbangan moral dan etika, pengetahuan akan kepentingan diri sendiri (motif keuntungan) dan konstrain yang legal. Kelangsungan hidup organisasi jangka panjang adalah ketergantungan pada beberapa bentuk interaksi dengan ekosistem atau lingkungan eksternal. Lingkungan eksternal meliputi energi, sumber-sumber penghasil, dan konsumen. Penerimaan lingkungan bagi kelestarian hanya akan diperoleh jika organisasi menerima berbagai tantangan lingkungan.
Beberapa fakyot yang berpengaruh terhadap perilaku maupun performansi organisasi.
  1. Industri, mencakup seluruh organisasi lain yang bergerak disektor kegiatan yang sama dan merupakan saingan bagi organisasi, hal tersebut berpengaruh terhadap ketidak pastian dalam persaingan antar organisasi;
  2. Bahan baku, organisasi harus mendapatkan bahan baku dari lingkungannya, kadang-kadang lingkungan tidak dapat menyediakan bahan baku dalam jumlah yang cukup, sehingga berbahaya bagi industri;
  3. Tenaga kerja, organisasi perlu mendapatkan tenaga kerja dengan tingkat keahlian, kualifikasi dan jumlah yang cukup. Jika kebutuhan tenaga kerja tidak dapat dipenuhi oleh lingkungan, organisasi akan memperoleh kesulitan dalam menghasilkan output;
  4. Keuangan, menggambarkan tingkat kemudahan untuk memperoleh sumber keuangan bagi organisasi;
  5. Pasar, menggambarkan besarnya permintaan konsumen terhadap produk atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi;
  6. Teknologi, merupakan pengetahuan serta teknik-teknik yang digunakan untuk membuat produk ataupun jasa, teknologi berpengaruh terhadap cara pengelolaan organisasi;
  7. Kondisi ekonomi, menggambarkan keadaan umum dari perekonomian suatu organisasi, kondisi ekonomi seperti besarnya daya beli konsumen, tingkat pengangguran, tingkat suku bunga, besarnya inflasi, dan tingkat permintaan produk;
  8. Pemerintah, mencakup peraturan-peraturan dan system pemerintahan serta kondisi politik suatu organisasi;
  9. Kebudayaan, mencakup karakteristik demografis dan system nilai yang berlaku pada masyarakat di mana organisasi berada.
kembali

9. Proses Organisasi: (Proses Mengambil Keputusan)

Organisasi mempunyai ketergantungan ganda terhadap lingkungannya, yaitu produk dan jasa yang merupakan output organisasi yang dikonsumsi oleh pemakai yang terdapat pada lingkungannya. Organisasi juga mendapatkan berbagai jenis input dari lingkungannya. Organisasi jadi berbahaya apabila pertukaran input dan output menjadi tidak seimbang. Terdapat dua cara adaptasi yang dapat dilakukan oleh organisasi. Cara pertama adalah melalui perubahan internal, yaitu dengan menyesuaikan struktur internal organisasi, pola kerja, perencanaan dan aspek internal lainnya, terhadap karakteristik lingkungan. Cara kedua, adalah dengan berusaha untuk menguasai dan mengubah kondisi, lingkungan sehingga menguntungkan bagi organisasi.
Struktur organisasi, bagian pembatas, peredam, diperensiasi dan perencanaan merupakan cara-cara yang dapat dipilih untuk menyesuaikan kondisi organisasi terhadap tuntutan lingkungan. Karena itu organisasi yang berada pada lingkungan dengan tingkat ketidak pastian yang tinggi akan mempunyai struktur dan system manajemen yang berlainan dari organisasi yang beroperasi pada lingkungan dengan tingkat ketidak pastian yang berbeda. Terdapat dua cara atau strategi yang dapat ditempuh oleh organisasi untuk menguasai ataupun mengendalikan lingkungannya, yaitu:
  1. Menguasai terciptanya hubungan yang baik dengan elemen-elemen yang terpenting dari lingkungannya;
  2. berusaha mengendalikan atau membentuk lingkungan agar tidak berbahaya dan bisa menguntungkan bagi organisasi.
kembali
10. Komunikasi dalam Organisasi

Berkomunikasi berarti kita berusaha untuk mencapai kesamaan makna, “commonness”. Atau dengan ungkapan yang lain, melalui komunikasi kita mencoba berbagi informasi, gagasan atau sikap kita dengan partisipan lainnya. Kendala utama dalam berkomunikasi adalah seringkali kita mempunyai makna yang berbeda terhadap lambang yang sama.
Di dalam kelompok/organisasi itu selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari pemimpin dan bawahan/karyawan. Di antara kedua belah pihak harus ada two-way-communications atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi.
Bila sasaran komunikasi dapat diterapkan dalam suatu organisasi baik organisasi pemerintah, organisasi kemasyarakatan, maupun organisasi perusahaan, maka sasaran yang dituju pun akan beraneka ragam, tapi tujuan utamanya tentulah untuk mempersatukan individu-individu yang tergabung dalam organisasi tersebut. Dalam melakukan komunikasi organisasi, Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss dalam Human Communication menguraikan adanya 3 (tiga) model dalam komunikasi:
  1. Model komunikasi linier (one-way communication), dalam model ini komunikator memberikan suatu stimuli dan komunikan melakukan respon yang diharapkan tanpa mengadakan seleksi dan interpretasi. Komunikasinya bersifat monolog.
  2. Model komunikasi interaksional. Sebagai kelanjutan dari model yang pertama, pada tahap ini sudah terjadi feedback atau umpan balik. Komunikasi yang berlangsung bersifat dua arah dan ada dialog, di mana setiap partisipan memiliki peran ganda, dalam arti pada satu saat bertindak sebagai komunikator, pada saat yang lain bertindak sebagai komunikan.
  3. Model komunikasi transaksional. Dalam model ini komunikasi hanya dapat dipahami dalam konteks hubungan (relationship) antara dua orang atau lebih. Pandangan ini menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif. Tidak ada satupun yang tidak dapat dikomunikasikan.

Dengan landasan konsep-konsep komunikasi dan organisasi, maka kita dapat memberi batasan tentang komunikasi dalam organisasi secara sederhana, yaitu komunikasi antar manusia (human communication) yang terjadi dalam kontek organisasi. Atau dengan pengertian komunikasi organisasi yang diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergabung satu sama lain (the flow of messages within a network of interdependent relationships).
Sebalanjutnya bahwa arus komunikasi dalam organisasi meliputi komunikasi vertikal dan komunikasi horisontal. Masing-masing arus komunikasi tersebut mempunyai perbedaan fungsi yang sangat tegas. Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu:
  1. Fungsi informatif, Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information-processing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan sebagainya.
  2. Fungsi Regulatif, Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada semua lemblembaga atau organisasi.
  3. Fungsi Persuasif, Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
  4. Fungsi Integratif, Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.
kembali

11. Perubahan dan perkembangan Organisasi

Organisasi sebagai salah satu bentuk kehidupan dalam masyarakat pasti mengalami perubahan. Organisasi menghadapi berbagai tantangan baik yang berasal dari dalam diri organisasi maupun yang berasal dari dalam diri organisasi maupun yang berasal dari lingkungan yang merupakan penyebab organisasi harus dirubah. Tantangan yang berasal dari dalam organisasi, misalnya; volume kegiatan yang bertambah banyak, adanya peralatan baru, perubahan tujuan, penambahan tujuan, perluasan wilayah kegiatan, tingkat pengetahuan dan teknologi, tingkat keterampilan, sikap, serta perilaku para pegawai. Tantangan yang berasal dari lingkungan organisasi, misalnya; adanya peraturan baru, perubahan kebijaksanaan dari tingkat organisasi yang lebih tinggi, perubahan selera masyarakat terhadap produk, perubahan mode, dan perubahan gaya hidup masyarakat.
Strategi menghadapi tantangan internal maupun eksternal diantaranya dengan; merubah strukutur organisasi, merubah tata kerja organisasi, merubah peronil individu maupun kelompok organisasi dalam sikap maupun kuantitas, merubahperalatan kerja.segi-segi yang dapat dirubah dalam organisasi meliputi perubahan struktur, teknologi dan orang. Untuk menghindari timbulnya konflik dalam perubahan perlu adanya; perencanaan yang matang, pemberian informasi yang jelas kepada semua pihak yang terlibat dalam perubahan, menumbuhkan keyakinan bahwa perubahan yang akan dilaksanakan tidak akan menimbulkan akibat negative baik bagi para pejabat maupun bagi organisasi.

Dalam kegiatan pengembangan organisasi dikenal adanya beberapa macam teknik atau pendekatan, antara lain; (1) latihan kepekaan (sensitivity training) atau dinamakan pendekatan T-group, maksudnya untuk mempertajam daya peka, kecepatan reaksi, mempertajam perasaan dalam menghadapi berbagai masalah; (2) latihan jaringan (grid training), yaitu salah satu teknik pengembangan organisasi yang dikembangkan berdasarkan jaringan manajerial (managerial grid) dari R. Blakke & J. Mouton. Didalamnya mengenal dua macam perilaku pemimpin, yaitu pemimpin yang memperhatikan produksi dan pemimpin yang memperhatikan orang; (3) umpan balik survai (survey feedback), usaha pengumpulan data dari anggota organisasi data yang terkumpul diberikan kembali untuk didiskusikan; (4) konsultasi proses (process concultation); (5) perdamaian oleh pihak ketiga (third-party peacemaking); (6) pembentukan tim (team building).
kembali
12. Kepemimpinan

Kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan para pegawai dalam melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada mereka. Sebagaimana didefinisikan oleh Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995), kepemimpinan adalah the process of directing and influencing the task related activities of group members. Kepemimpinan adalah proses dalam mengarahkan dan mempengaruhi para anggota dalam hal berbagai aktivitas yang harus dilakukan. Lebih jauh lagi, Griffin (2000) membagi pengertian kepemimpinan menjadi dua konsep, yaitu sebagai proses, dan sebagai atribut. Sebagai proses, kepemimpinan difokuskan kepada apa yang dilakukan oleh para pemimpin, yaitu proses di mana para pemimpin menggunakan pengaruhnya untuk memperjelas tujuan organisasi bagi para pegawai, bawahan, atau yang dipimpinnya, memotivasi mereka untuk mencapai tujuan tersebut, serta membantu menciptakan suatu budaya produktif dalam organisasi. Adapun dari sisi atribut, kepemimpinan adalah kumpulan karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Oleh karena itu, pemimpin dapat didefinisikan sebagai seorang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain tanpa menggunakan kekuatan, sehingga orang-orang yang dipimpinnya menerima dirinya sebagai sosok yang layak memimpin mereka.
kembali

Bahan Rujukan:
  1. Adam, Ibrahim, (1983). Perilaku Organisasi. Sinar Baru: Bandung.
  2. Endang Herawan, (2007).HAND OUT MATERI PROGRAM PERKULIAHAN: Teori Organisasi. Universitas Pendidikan Indonesia
  3. Lubis, Hari & Huseini, Martani, (1987). Teori Organisasi; Suatu Pendekatan Makro. Pusat Antar Ilmu-ilmu Sosial UI: Jakarta
  4. Moekijat, (1990). Pengembangan Organisasi. Remaja Karya: Bandung.
  5. Sutarto, (1985). Dasar-dasar Organisasi. Gadjah Mada University: Yogyakarta
  6. Siagian, Sondang, (1982). Filsafat Organisasi. Gunung Agung: Jakarta.
  7. http://lista.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/folder/0.3





Komentar